Hari Santri Nasional (HSN) jatuh pada tanggal 22 Oktober, dimana pada tanggal tersebut terjadi peristiwa sejarah bangsa Indonesia. KH Hasjim Asy’ari, pendiri Nahdhatul Ulama, mengeluarkan seruan jihad pada tanggal 22 Oktober untuk melawan penjajah.
“Maka pada malam ini, rabu 22 oktober kita mengenang kembali jasa-jasa para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan tanah air bangsa”. Demikian disampaikan ustad Dr. Mahdir Muhammad, MA pada malam perayaan Hari Santri Nasional di Musalla Ar-Rahmah dayah Ummul Ayman Samalanga.
Beliau merupakan salah seorang dewan guru dayah Ummul Ayman Samalanga lulusan doktoral di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur jurusan pendidikan bahasa arab. Teungku Mahdir Muhammad bin M. Adam, demikian nama lengkapnya. Teungku asal meunasah Kareung, Desa Rabo, Tiro, Pidie kelahiran 1984 ini mulai menempuh pendidikan di Ummul Ayman sekitar 1997 silam. Sekitar tahun 2004, sambil menjalankan aktivitas beut seumeubeut di dayah Ummul Ayman, beliau juga melanjutkan pendidikan S1 di IAI Al-Aziziyah, dan S2 di UIN Ar-Raniry Banda Aceh sebelum akhirnya melanjutkan program doktoral ke UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur.
Dalam orasinya dihadapan ribuan santriwan dan santriwati Ummul Ayman, beliau menceritakan sejarah perjuangan para santri dalam mempertahankan negara republik indonesia dari para penjajah.
“Perayaan hari santri hari ini tidak luput dari peristiwa sejarah perjuangan para santri yang berada di garda terdepan dalam memperjuangkan negara kesatuan Republik Indonesia. KH Hasjim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 mnyerukan perintah kepada umat Islam untuk berperang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin menjajah kembali wilayah Republik Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Seruan ini ditujukan bukan saja kepada para santri dari golongan Nahdhatul ulama, tetapi juga kepada seluruh santri dari golongan lain seperti Muhammadiyah”. Jelasnya panjang lebar.
Sehingga Presiden Joko Widodo pada tanggal 22 Oktober 2015 di Masjid Istiqlal Jakarta menetapkan tangggal 22 oktober sebagai hari santri nasional. Tujuan penetapan HSN untuk mengenang jasa besar santri dan para ulama dalam memperjuangkan negara kesatuan republik Indonesia.
Dalam tausiahnya, beliau menekankan pentingnya karakter dan akhlak mulia tertanam dalam jiwa santri. Seorang santri dituntut agar mampu membawa kebaikan bagi orang lain yang ada disekelilingnya. Hal ini dikarenakan santri dididik dengan sikap dan akhlak mulia, kedisiplinan yang tinggi, dan hidup mandiri dalam keragaman lingkungan.
Ada beberapa sikap dan karakter yang harus ada pada diri santri berdasarkan susunan huruf pada kata “santri”. Santri itu terdiri dari 5 huruf, yaitu:
Sin, yaitu saalikun lil akhirat, yang berarti seorang santri memiliki satu tujuan hidup yang pasti yaitu menempuh jalan menuju kebahagiaan akhirat.
Nun, naibul ulama, santri adalah pengganti para ulama. Sebagaimana para ulama pewaris para nabi maka santri adalah pewaris para ulama
Ta’, yaitu taibun ilallah, yaitu orang yang selalu taubat kepada Allah, sehingga mencapai kebahagiaan hakiki.
Ra’, raghibun ilal khairat, yaitu gemar melakukan kebaikan. Santri identik dengan akhlak yang baik, karakter yang mulia.
Ya’, yarju ila mardhatillah,yaitu santri selalu berharap kepada keridhaan Allah, melakukan segala hal yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala bentuklarangan Allah.
Maka pada momen ini, Ummul Ayman merayakan hari santri nasional sebagai wujud rasa syukur dan mengenang perjuangan para pendahulu seraya meresapi jati diri sebagai seorang santri, sehingga tingkah laku dan tindakan benar-benar mencerminkan sebagai seorang santri.
Santri mencintai tanah air indonesia. Dan santri menjadi pelopor perdamaian dunia!.
by: Tgk. Bukhari Tiro