Oleh Muhammad Haikal (14), juara 2 dalam lomba esai literasi Ummul Ayman
Tentunya kita semua tahu apa itu pendidikan, ada pendidikan formal, ada yang non formal dan masih banyak pendidikan lain. Tetapi dari sekian banyak pendidikan tersebut, ada pendidikan yang bermutu tinggi dan ada pula pendidikan yang bermutu rendah. Pertanyaannya, bagaimana cara meningkatkan mutu pendidikan rendah? salah satunya dengan literasi.
Secara bahasa, literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Literasi berasal dari bahasa latin “literatus” yang berarti “a learned person” atau orang yang belajar. Literasi juga bisa diartikan kualitas atau kemampuan melek huruf (aksara) yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. pengertian literasi juga mencangkup melek visual yaitu kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (video dan gambar). Sedangkan pemahaman yang paling umum dari literasi adalah seperangkat keterampilan nyata khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dan dari siapa memperolehnya.
Tujuan literasi adalah menumbuhkembangkan budi pekerti yang baik, meningkatkan pengetahuan dengan membaca informasi bermanfaat, meningkatkan kepahaman seseorang dalam mengambil intisari dari suatu bacaan, memberikan penilaian kritis pada suatu karya dan memperkuat nilai kepribadian dengan membaca dan menulis. Dengan beberapa tujuan tersebut, literasi patut diterapkan dalam pendidikan guna meningkatkan suatu mutu pendidikan.
Selain tujuan, literasi juga memiliki manfaat tersendiri yaitu menambahkan kosakata kita, mengoptimalkan kerja otak, menambah wawasan dan informasi baru, meningkatkan kemampuan interpersonal, melatih kemampuan berfikir dan menganalisa, meningkatkan fokus dan konsentrasi, serta melatih menulis dan merangkai kata-kata yang bermakna.
Generasi penerus bangsa dapat lebih berkualitas karena adanya penerapan literasi dalam dunia pendidikan, seperti halnya yang dilakukan oleh negara dengan pendidikan terbaik di dunia, Finlandia. Mereka menerapkan literasi dalam pendidikan mereka. Bahkan studi yang dirilis oleh World’s Most Literate Nations oleh Central Connecticut State University 2016 menempatkan Finlandia di urutan pertama dari 61 negara yang mengikuti survei tersebut. Ada beberapa faktor yang mendukung tingginya budaya literasi di negara dingin itu, yaitu:
1. Menciptakan lingkungan yang mendukung budaya literasi
Pemerintah Finlandia berusaha menyediakan tempat membaca bagi anak di beberapa tempat umum seperti museum, kantor polisi, dan pusat kebudayaan. Sekolah juga berperan dalam meningkatkan minat membaca pada anak, seperti menyediakan perpustakaan yang di dalamnya menyediakan banyak buku dan tempat yang nyaman untuk membaca.
2. Meningkatkan kualitas pembelajaran
Pendidikan literasi di Finlandia dimulai sejak anak menempuh pendidikan pra-sekolah. Finlandia memiliki perhatian khusus terhadap anak yang mengalami kesulitan membaca, yaitu dengan menugaskan guru yang kompeten untuk mendampingi siswa yang mengalami kesulitan membaca dengan memberikan remedial teaching.
3. Meningkatkan partisipasi, inklusi dan kesetaraan
Menyangkut fasilitas umum, perpustakaan di Finlandia mendukung konsep inklusi dan kesetaraan seperti memberikan layanan bagi lansia dan penyandang disabilitas dengan mengantar buku atau mengambil buku yang hendak dikembalikan.
Di balik itu, budaya literasi juga memiliki manfaat di bidang kesehatan. Gerakan literasi sangat bermanfaat bagi para pelajar dalam mempelajari atau membuat konsep berkomunikasi verbal tulisan, problem solving, bergaul serta dapat memilah dan memilih hal yang positif dan negatif.
Literasi juga sebagai salah satu upaya untuk mengimplementasikan program revolusi mental dan pendidikan karakter yang dicanangkan Presiden Republik Indonesia. Sementara literasi dari sudut kesehatan dan pendidikan, sangat berguna untuk memperlambat kepikunan, mengurangi stres, menormalkan detak jantung dan menambah kosakata dalam berkomunikasi. Jika dibandingkan dengan negara lain, budaya literasi di Indonesia memang sangat rendah. International Students Assesment (PISA) menyebutkan pada tahun 2012 budaya literasi di Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara yang disurvei. Rendahnya literasi disebabkan oleh masyarakat yang kurang sadar akan manfaat dari literasi. Tidak hanya itu, ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan rendahnya literasi, antara lain: kebiasaan membaca yang belum dimulai dari rumah, perkembangan teknologi yang makin canggih, cara membaca yang minim, kurangnya motivasi untuk membaca dan sikap malas untuk mengembangkan gagasan. Nah!