Oleh Sayed Rahmadna, masyarakat Pidie
Kalian yang katanya tau segalanya tentang Pidie, seharusnya baca dulu buku ini, “Pidie yang tidak kalian ketahui”. Dibedah Kamis nanti. Biayanya gratis, terbuka untuk umum, di Oproom Setkab Pidie. Kalian yang dekat, seharusnya datang.
Pidie dengan bahasa Acehnya yang masih kental tentu mencerminkan bagaimana hebatnya bangsa Pidie dalam mempertahankan warisan endatu. Terkenal dengan ketegasan bahasanya saat bertutur kata dalam masyarakat. “Budayakan bahasa lokal, demi Pidie menyukseskan ‘Pidie meusigrak’!” Itulah yang masih dipertahankan oleh masyarakat Pidie.
Bagi masyarakat Pidie, berbudaya bukan hanya sebagai adat, tapi sejauh mana sudah kesadaran dalam mempertahankan kearifan lokal. Terlebih Apam yang sudah menjadi kuliner regenerasi dari masa ke masa.
Eitss… Pidie juga dikenal sebagai lumbung penghasil melinjo terbesar di Aceh. You know lah, oleh-oleh khas Pidie kannnn, yakannn. Selain itu, Pidie juga terkenal dengan wisata kulinernya. Salah satunya mi sure Laweung. Apakah kalian tertarik untuk menikmatinya? Tentunya dengan cita rasa yang berbeda dipadu bumbu khas masyarakat Pidie, akan bikin lidah kalian bergoyang dan tentunya bikin ketagihan.
Keramah-tamahan masyarakat Pidie tak perlu diragukan lagi. Karena semboyan masyarakat adalah “peumulia jamee”.
Tak perlu riset ke mana-mana, cukup melihat dan resapi setiap sudut kehidupan masyarakat Pidie, maka historis masyarakat Pidie akan terbuka untuk pemerhati.
“Yang bek kalake peng bak keude, tapi meuye ata lam rumoh sabe-sabe salam tempee.”
Apa yang bisa kalian banggakan dari tanah kelahiran masing-masing?