Oleh Tgk. Aidil Ridhwan (Staf pengajar di Dayah Ummul Ayman)
Ibu itu terlihat masih energik. Sisa-sisa tenaganya ia kerahkan untuk mengabdi kepada ratusan santri. Yeach, itulah Ibu Ainon Mardhiah (59). Wak Non, begitu kami akrab menyapanya.
Sejak 1995, Wak mengabdi di Ummul Ayman. Bagian dapur; memasak nasi dan lauk-pauk untuk lintas generasi. Saya rasa, ribuan anak yatim/piatu/yatim-piatu alumni Ummul Ayman tak ada yang tak pernah merasakan menu ‘yang aduhai’ racikan Wak Non ini.
26 tahun mengerahkan tenaga di dapur dayah itu bukanlah waktu yang sedikit. Sejak 1995, Wak bersama almarhum sang suami, Tgk Amirullah serta 4 putra/i-nya berdomisili langsung di dalam komplek dayah.
Almarhum suaminya masih termasuk kerabat dekat Ayahanda Asy-Syaikh Waled Nuruzzahri. Tak lama kemudian, Teungku asal Krueng Mane ini berpulang untuk selamanya. Tinggallah Wak bersama 4 putra/i-nya.
Perjuangan Wak mengabdi ke santri-santri tentu tak semudah yang dibayangkan. Saban hari, ba’da shalat subuh, Wak harus bergegas bekerja. Terkadang, dahulu kala, ketika pasokan airnya habis, Wak sendiri yang mengangkutnya dari bak air yang lumayan jauh dari dapur kala itu.
“Kaye-kaye taguen bu lon angkat keudroe laju, Tgk Aidil. Wate nyan lon mantong muda that,” ujar Wak mengingat masa-masa lalunya. Wajahnya riang. Seakan tak pernah merasakan beban menjalani hari-hari berat itu.
Saban hari, di luar Ramadhan, Wak memasak untuk 600 santri dan dewan guru. Di hari-hari puasa untuk sekitar 300 saja.
“Alhamdulillah hana cobaan yang berat, hana sampe meulungkop dang-dang. Kaye ta gulam keudroe. Dikawal oleh dewan-dewan guru. Kalo gak ada kayu langsung dibantu, kalo kayunya basah, diangkat dijemurin,” ujar Wak penuh semangat.
HARAPAN UNTUK ALUMNI
Di sela-sela mengobrol dengannya. Saya bertanya terkait harapan Wak kepada para alumni dapur umum. Wak menjawab,
“Harapannya sesekali berkunjunglah ke dayah. Silaturrahmi ke Ayahanda Waled. Bahkan lihat-lihatlah dapur. Sekarang udah banyak perubahannya. Hana sama lagee awai le,” ujarnya.
“Walau hana geujak peugah haba ngoen tanyoe, geujak kalon dapu mantong, na lon di sinoe, teuingat geuh mantong keu tanyoe. Geutanyoe ka tuha pane na ta harap sapeu lom, ta kalon muka geuh mantong, ka seunang that-that hate teuh,” harap Wak. Dua bola matanya mengisyaratkan Wak sangat rindu kepada alumni-alumni dapur umum lintas 1995-2020 ini.
“Minta doa kepada semuanya semoga saya mampu mengabdi untuk selamanya. Sampe akhe hayat teuh beu di sinoe sabe,” tutup Wak.
*Ada yang masih ingat Wak Non? Silakan cerita di komentar kesan-kesan ureung droneuh dengan Wak Non. Kita nostalgia..😊😀
source: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1977579235713845&id=100003853643403