Asset 3 (3)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

UMMUL AYMAN

SAMALANGA-BIREUN-ACEH

Berita Terpopuler

IMG_4979

Berubah Tapi Tak Berbuah

IMG_4977

Negeri Nun Jauh

IMG_4090

Pengumuman Kelulusan Santri Baru Tahun Ajaran 2025/2026

JAG00022

Haflah Khatham Al-Qur’an Bersama Ayahanda Waled

WhatsApp Image 2025-01-07 at 17.01.46

Pembangunan Jalan Hotmix di Dayah Ummul Ayman, Bukti Komitmen Bupati Mukhlis terhadap Pendidikan Islam

IMG_2720

Penerimaan Santri Baru Dayah Ummul Ayman Tahun 2025/2026

Musyawarah Dalam Mengambil keputusan

Abad ke-25 sebelum masehi adalah masa di mana bumi ini berada dalam satu kekuasaan, Kerajaan Iskandar Ar-Rumi. Ia adalah raja seluruh bumi yang telah mengelilingi dunia dengan pasukannya. Semua pojok bumi telah ia datangi mulai dari masyriq (timur) hingga maghrib (barat). karena itu ia digelar sebagai raja Zulkarnain, yakni raja yang menguasai dua ujung dunia.

Syekh Imam Radhiyuddin An-Naisaburi dalam “Makarimil Akhlak” bercerita, beberapa tahun sebelumnya Raja Zulkarnain sempat ragu perihal keinginannya untuk mengunjungi dua ujung dunia. Beliau pun memilih untuk berdiskusi dengan orang-orang bijak di sekitarnya. Raja Zulkarnain saat itu berargumen bahwa dunia itu hina dan fana. Karena itu, mengelilingi dunia juga termasuk dalam hal sia-sia. Namun para ulama di sekitar beliau sangat mendukung jika beliau melanjutkan keinginannya itu agar Zulkarnain bisa melihat perumpamaan-perumpamaan dan kebesaran Allah di penjuru dunia ini.

Usai diskusi, Raja Zulkarnain telah bertekad untuk melanjutkan niatnya itu. Akhirnya ia pun mendapat kedudukan tinggi di sisi manusia dan di sisi Allah. Ia termasuk satu dari empat Raja penguasa bumi sepanjang masa, setelah Raja Sulaiman bin Daud (Raja Solomon), Raja Namrud bin Kan’an, dan Raja Bukhtanshar.

Apa yang membuat Raja Zulkarnain mendapat kedudukan tinggi adalah tindakan beliau yang tidak pernah tergesa-gesa dalam hal membuat keputusan. Semuanya melalui proses diskusi dan musyawarah dengan orang-orang yang pemikirannya lebih dewasa.

Mundur beberapa waktu sebelumnya. Sekitar 80 abad silam, manusia pertama diciptakan. Ia adalah Adam, seorang nabi sekaligus khalifah pertama di bumi. Semua agama samawi sependapat akan hal ini adanya, kecuali mereka yang tidak percaya dunia meta fisika. Menganggap mitos hal-hal berbau ghaib, karena menurut mereka, tidak bisa dijelaskan dengan sains.

Awalnya, nabi Adam tinggal di surga, namun karena kesalahan yang dilakukannya, Allah turunkan beliau ke bumi sebagai khalifah. Meski memang itu tujuan utama Adam diciptakan, tapi kronologinya masih saja menarik untuk disimak.

Allah menciptakan nabi Adam seorang diri saja. Beliau hidup di dalam surga, senang akan kenikmatannya. Namun sunnatullah, tetap saja pada akhirnya nabi Adam merasa kesepian. Saat itulah Allah ciptakan Hawa sebagai teman sekaligus pendamping hidup untuk nabi Adam.

Allah memberikan kesenangan bagi Adam dan Hawa untuk bersenang-senang di dalam surga sepuasnya. Tapi Allah larang mereka untuk memakan satu buah yang kata iblis, buah itu bisa membuat pemakannya abadi.

Saat itu, Siti Hawa sangat bernafsu untuk memakannya. Ia pun mengajak Adam. Akhirnya mereka berdua memakan buah itu atas rayuan iblis.

Takdir terus berjalan. Allah pun turunkan Nabi Adam dan Siti Hawa ke bumi. Akibat kejadian tersebut, nabi Adam memberikan wasiat kepada anak cucunya di kemudian hari.

“Wahai anak-anakku! Bermusyawarahlah dalam segala urusan dengan orang-orang yang pikirannya lebih dewasa, jangan dengan yang sebaya, apalagi dengan yang lebih rendah pola pikirnya. Sungguh aku telah menyesal karena dulunya aku bermusyawarah dengan Hawa yabg pemikirannya berada di bawahku. Andai saja aku bermusyawarah dengan malaikat, niscaya aku tidak akan tertimpa musibah seperti ini.”

Artikel oleh Fadhil Mubarak Aisma

Kisah Inspiratif

Berita Terkini

.