Asset 3 (3)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

UMMUL AYMAN

SAMALANGA-BIREUN-ACEH

Berita Terpopuler

DSC09409

Pengumuman Kelulusan Santri Baru Tahun Ajaran 2024-2025

IMG-20240201-WA0073

10 Tahun Jadi Sarjana : STIS Ummul Ayman Wisudakan 130 Mahasiswa/i

IMG-20240125-WA0044

Berkilau di Bawah Cahaya Ilmu: Yudisium angkatan ke-3 STIS Ummul Ayman Mengabadikan Prestasi 130 Lulusan.

_YUA6753

Kapolres Bireuen Sosialisasikan Bahaya Kenakalan Remaja dan Narkoba di Dayah Ummul Ayman Samalanga

DSC00579

Seminar Nasional di YPI Ummul Ayman, Angkat Tema ‘Runtuhnya Khilafah Usmani dan Munculnya Negara Bangsa,’

WhatsApp Image 2023-10-04 at 21.29.29

Amrul Yunan Usman, Santri Berprestasi, Terpilih Sebagai Finalis Duta Santri Nasional 2023

Kaifa Haluk Aneuk Waled? Don’t Forget “Woe u Rumoh Asai”

Kaifa haluk? “Peu haba aneuk Waled, aneuk (alumni) Ummul Ayman? Soe manteng gata, pat manteng gata, dan peu manteng profesi gata uroe nyoe, beh gasien beh kaya, bek tuwo uroe raya sama-sama tajak saweu dayah, tasaweu Waled, tasaweu guree teuh, ureung nyang pernah geubi bu seurta ileumee keu geutanyoe dilee”. Setidaknya itulah “syarahan” yang dimaksud di balik judul di atas.

Sebentar lagi, lebaran Idul Adha 1439 H bakal segera tiba. Sudah menjadi sebuah tradisi dunia dayah (pesantren, red) setiap lebaran para santri atau murid akan berkunjung ke rumah gurunya masing-masing. Dalam bahasa Aceh kegiatan ini dikenal dengan sebutan “jak bak guree, jak saweu guree, jak meu uroe raya bak guree, dan sebagainya yang semua itu memiliki makna yang sama yakni bersilaturrahmi atau menjenguk guru.

Tak bisa dipungkiri, istilah jak bak guree merupakan suatu keniscayaan bagi seorang yang pernah berstatus santri, entah ia masih nyantri ataupun tidak. Akan sangat memalukan bahkan dianggap hina bilamana seorang murid jarang atau malah sama sekali tidak pernah bersilaturrahmi kepada gurunya terutama di hari raya, tentunya sejauh situasi dan kondisi yang memungkinkan.

Alhamdulillah, alumni Dayah Ummul Ayman pimpinan Tgk H Nuruzzahri Yahya atau Waled Nu Samalanga yang terletak di Gampong Putoh, Mesjid Raya Samalanga, Bireuen setiap lebaran haji telah rutin mengadakan acara silaturrahmi yang diistilahkan dengan “Woe u Rumoh Asai”. Sebuah acara dimana para alumnus dari semua angkatan berkumpul disini nantinya bersama Waled.

Dalam bahasa Indonesia, Woe u Rumoh Asai berarti Pulang ke Rumah Asal. Rumah disini maksudnya Dayah Ummul Ayman itu sendiri.

Lantas kenapa harus disebut rumah? Mungkin itulah yang ada di benak sebagian pembaca. Betapa tidak, Ummul Ayman bukan hanya sekedar dayah yang menyajikan ilmu agama semata, tapi juga memberikan pendidikan umum atau sekolah. Lebih dari itu, khususnya santri dengan status yatim/yatim piatu semuanya digratiskan disini, gratis makan, gratis ngaji, dan sekolah. Semua itu tentunya tak lepas dari peran aktif serta kegigihan seorang Waled yang merupakan salah seorang Ulama Kharismatik Aceh itu.

Berkat “banting tulang” seorang Waled, sampai hari ini sudah ratusan bahkan mungkin ribuan yatim/yatim piatu tak mampu dapat diselamatkan pendidikannya. Maka sesuatu yang wajar jika pada 2016 lalu Waled mendapatkan penghargaan Ar-Raniry Award setelah dinobatkan sebagai tokoh berkomitmen dan telah berjasa pada pendidikan di Aceh yang diberikan oleh Gubernur Aceh kala itu, dr H Zaini Abdullah.

Karena itu pula, salah seorang internal Ummul Ayman, Tgk Yusuf Aree melakabkannya dengan sebutan Waled 1000 Anak Yatim.

Segenap pengurus Ikabua Aceh saat bersilaturrahmi di kediaman Waled pada lebaran Idul Fitri 1439 H lalu.

Tahun ini, bertemakan “Menjemput Doa Guru, Bersatu Dalam Kebersamaan”, kegiatan Woe u Rumoh Asai sekaligus Reuni Akbar kembali digelar. Kegiatan ini digerakkan oleh Ikatan Keluarga Besar Alumni Ummul Ayman (Ikabua) Aceh.

Dalam acara tersebut dibenarkan hadir semua kalangan yang pernah mengecap pendidikan di dayah yang awalnya panti asuhan anak yatim dicetus tahun 1990 itu. Siapa saja itu, baik tercatat sebagai alumnus ataupun tidak. Hal itu seperti disampaikan ketua umum Ikabua Aceh, Tgk Ridwan Calok saat buka puasa bersama pengurus Ikabua pada Ramadhan lalu di Banda Aceh.

Tambah Tgk Calok, tujuan dan maksud dari acara itu agar silaturrahmi antar murid dengan Waled lebih tertata, baik waktu maupun tempatnya, dan tentunya untuk mengukuhkan rasa adik abang antar Aneuk Waled itu sendiri yang hanya bisa kumpul setahun sekali dalam rasa kekeluargaan.

“Tujuannya supaya lebih teratur, jelas waktu dan tempatnya, selain itu ya kita ini bisa kumpul walau setahun sekali, jadi lebih merasakan mana adik mana abang, bahwa rohaniahnya kita satu keluarga”. Ujar Tgk yang merupakan imam rawatib Masjid Peunayong tersebut.

Buka puasa bersama pengurus Ikabua Aceh pada Ramadhan lalu di Peunayong, Banda Aceh.

Jika sebelumnya kegiatan Woe u Rumoh Asai ini rutin digelar setiap hari ke tiga lebaran haji (12 dzulhijjah) maka untuk kali ini ada sedikit pergeseran jadwal. Hari H dijadwalkan pada hari ke empat tepatnya Sabtu, 13 dzulhijjah 1439 H atau 25 Agustus 2018. Mengingat hari ke tiga sikonnya kurang mendukung karena jatuh pada hari Jum’at. Demikian seperti dikatakan Sekretaris dan Bendahara Ikabua Tgk Muyassir ST dan Tgk Khairiel ST.

“Tahun ini jadwalnya kita geserkan ke hari (lebaran) ke empat, karna kalau tiga kan jum’at, sikonnya itu kurang mendukung”, jelas Tgk Muyassir.

Sementara itu, koordinasi lapangan Tgk Syaukani S. Sos mengatakan untuk tahun ini Woe u Rumoh Asai dipanitiai oleh leting Ummul Ayman 2012, di bawah komando Tgk Muhammad Yani SH.

“Tahun ini komandonya (ketua panitia) Tgk Yani sama letingnya (leting 2012)”, terang Tgk Syaukani saat ditemui di D’Espresso Samalanga kemarin malam.

Sementara itu, Tgk Ridwan Calok ketika dikonfirmasi ulang via pesan singkat WhatsApp sore tadi berharap peserta kali ini bisa lebih ramai. Dan lewat momentum Woe u Rumoh Asai ini semakin meningkatkan ukhwah dan rabithah sesama alumni.

“Harapan supaya kali ini (yang hadir) semakin ramai, juga semakin meningkatkan rasa ukhwah dan rabithah kita sesama alumni”, tulis Tgk Ridwan. (MY)

Kisah Inspiratif

Berita Terkini

.